Tahukah kamu istilah hustle culture? Yup istilah ini mungkin terdengar familiar di telinga para pekerja. Hustle culture adalah standar yang dibuat oleh masyarakat yang menyebutkan bahwa seseorang akan meraih kesuksesan dengan bekerja sekeras-kerasnya.
Jadi, apakah kamu adalah salah satu dari antara para hustling ini Sob? MinTar akan merangkum bagaimana fenomena hustle culture ini bekerja.
Definisi Hustle Culture
Hustle Culture adalah budaya yang berfokus pada kerja keras, kesuksesan material, dan terus-menerus bekerja tanpa henti. Di dalam stigma ini seringkali menegaskan konsep dimana untuk meraih kesuksesan, seseorang harus bekerja lebih keras daripada yang lain, bahkan jika itu berarti mengorbankan waktu istirahat dan keseimbangan hidup. Wah, cukup mengerikan ya Sobat.
Fenomena ini sangat melekat dengan para pekerja di dunia IT, karena intensitas pekerjaan yang sangat menyita waktu mereka, bahkan bisa mengganggu jam istirahat. Yups walaupun terlihat menggiurkan di awal, fenomena ini sangatlah merugikan tubuh dan mental.
Dampak Negatif Hustle Culture pada Kesehatan
Meskipun tampak menggiurkan, Hustle Culture dapat memiliki dampak negatif yang serius pada kesehatan fisik dan mental. Orang yang terjebak dalam budaya ini cenderung mengalami kelelahan kronis, stres berlebihan, kecemasan, dan bahkan depresi. Dorongan untuk terus bekerja tanpa henti juga dapat menyebabkan penurunan produktivitas jangka panjang dan kelelahan yang berkepanjangan.
Lantas bagaimana sih, ciri-ciri dari budaya kerja hustle culture? Yuk kenali 5 cirinya berikut ini.
1. Sukses Ditentukan oleh Produktivitas
Kesuksesan sering diukur berdasarkan tingkat produktivitas dan pencapaian dalam pekerjaan. Orang-orang dianggap sukses jika mereka terus bekerja keras dan mencapai hasil yang signifikan secara material.
2. Kurang Waktu Istirahat
Individu yang terjebak dalam Hustle Culture sering mengorbankan waktu istirahat dan waktu luang untuk bekerja. Mereka cenderung mengabaikan kebutuhan akan istirahat yang cukup untuk mengoptimalkan kinerja mereka.
3. Overworking
Mereka yang hustling cenderung bekerja jauh melebihi batas normal, seringkali hingga larut malam atau bahkan mengorbankan liburan dan waktu bersama keluarga demi pekerjaan.
4. Kesulitan dalam Menetapkan Batas
Individu yang terjebak dalam hustle culture mungkin mengalami kesulitan dalam menetapkan batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan dan stres yang berkepanjangan.
5. Pentingnya Output daripada Keseimbangan
Dalam budaya ini, pentingnya output dan pencapaian dalam pekerjaan sering mengalahkan kebutuhan akan keseimbangan hidup yang sehat dan kesejahteraan pribadi.
Menyadari ciri-ciri ini penting untuk mengenali apakah seseorang terpengaruh oleh Hustle Culture dan untuk mengambil langkah-langkah untuk menjaga keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Pentingnya Keseimbangan
Penting untuk diingat bahwa keberhasilan sejati tidak hanya tentang jumlah jam kerja yang dihabiskan atau jumlah uang yang diperoleh. Keseimbangan hidup yang sehat antara pekerjaan, waktu luang, dan perhatian terhadap kesejahteraan pribadi sama pentingnya dengan kesuksesan profesional. Mengutamakan istirahat yang cukup, waktu bersama keluarga dan teman, serta perawatan diri adalah kunci untuk menjaga keseimbangan yang sehat.
Sebagai pekerja kamu juga perlu mempertimbangkan kebahagiaan diri sendiri ya Sob. Jangan terjebak dengan stigma orang di luar sana. Nah, untuk meraih keseimbangan pekerjaan kamu bisa mulai mencari perusahaan yang menerapkan work life balance, misalnya JMC IT Consultant.
Mereka merupakan perusahaan IT yang tetap memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Jadi kamu nggak perlu pusing karena harus hustling saat bekerja! Yuk mulai menerapkan hidup seimbang saat bekerja.
Mau tahu informasi dan tips menarik mengenai dunia pekerjaan lainnya? Kamu bisa mengunjungi website JMC IT Consultant untuk mencari berbagai informasi seputar pekerja dan dunia teknologi yang menarik ya Sobat!