Berita

3 Tips Membangun Aplikasi Dalam 2 Minggu Seperti Pak Jokowi

E-Planning JMCRasanya masih ingat betul saat Jokowi mendengungkan konsep e-Government yang bakal diterapkan di masa pemerintahannya. Pernyataan tersebut disampaikan dalam pemaparan visi dan misi masing-masing kandidat sebagai calon presiden 2014-2019 yang disiarkan melalui stasiun televisi.

Presiden Jokowi pernah mengungkapkan, bahwa e-Government, dari e-Budgeting, e-Procerement, e-Purchasing, e-Audit,Cash Management system bisa dilakukan untuk memudahkan pemerintah pusat. Presiden Jokowi juga menyampaikan “Panggil saja programmer untuk melakukan itu, nggak ada 2 minggu bisa dirampungkan, nggak ada masalah,” kira-kira begitu kata Jokowi saat debat calon presiden yang dilansir dari media. (Sumber:  https://www.youtube.com/watch?v=dssDY2rniSo).

Mungkin gak ya membangun aplikasi dalam 2 minggu?? Dalam dunia IT proses pembangunan aplikasi memiliki kebutuhan waktu yang sangat beraneka ragam. Seandainya memiliki tingkat kerumitan yang rendah maka dapat diselesaikan dengan waktu yang relative lebih singkat. Contohnya adalah aplikasi polling pendapat, web sederhana, dll. Sangat mungkin bisa terselesaikan dalam waktu 2 minggu bahkan bisa kurang.

Namun bagaimanakah dengan pembangunan aplikasi yang memiliki kompleksitas tinggi ? Pastinya akan membutuhkan waktu yang cukup lama ditambah dengan riset yang berkelanjutan. 

  
Image: Infographic durasi pembuatan mobile app standard, membutuhkan waktu 18 minggu. Sumber: Internet

Tantangannya yang kita temui adalah bagaimana jika institusi kita membutuhkan aplikasi yang cukup kompleks, namun tidak memiliki banyak waktu yang tersedia. Membuat dari nol jelas bukan sebuah opsi yang bisa diterima secara logis. Jadi bagaimana??? Membeli produk jadikah??

Ternyata memilih produk jadi yang sudah ada juga memiliki tantangan tersendiri. Baik guna menilai kesesuaiannya dengan kebutuhan kita maupun guna mengantisipasi kebutuhan baru kedepannya yang saat ini belum diakomodir oleh aplikasi tersebut. Masih mungkin untuk dimodifikasi atau tidak? Berikut ini adalah tips yang bisa dilakukan:

1. Aplikasi sudah terbukti berhasil diimplementasi di berbagai tempat
Keberhasilan implementasi di banyak tempat merupakan indicator bahwa aplikasi tersebut memiliki kemampuan penanganan berbagai kasus dengan sangat baik. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa aplikasi tersebut memiliki prosentase keberhasilan lebih tinggi dalam memenuhi kebutuhan kita, dimana kita sendiri terkadang tidak bias menyadari semuanya di depan. Kebanyakan kasus yang terjadi adalah para pengguna menyadari kebutuhannya ketika sudah menggunakannya.

2. Mencari aplikasi dengan bisnis proses sesuai atau mendekati kebutuhan
Kasus yang sering terjadi adalah kita masih tetap memerlukan sedikit penyesuaian di dalam aplikasi yang telah kita pilih. Ada pedoman guna mengatasi hal tersebut. Apabila di analogikan, aplikasi dapat dibagi menjadi 3 bagian, input, proses dan output. Bisnis proses terletak pada bagian proses aplikasi. Proses modifikasi pada bagian proses cenderung memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi disbanding pada bagian input dan output.

Jadi pastikan bahwa bisnis proses aplikasi sudah sesuai dengan kebutuhan kita atau mendekati. Selanjutnya jika muncul kebutuhan baru kemungkinan besar akan terjadi pada output dan input yang relative lebih mudah untuk dikerjakan. Contoh : penambahan jenis report baru lebih mudah dikerjakan daripada merubah alur kerja di dalam aplikasi.

3. Melibatkan tim yang memiliki pengalaman sejenis untuk melakukan modifikasi yang dibutuhkan.
Dalam dunia IT, proses pembuatan aplikasi tidak hanya memerlukan pemahaman tentang bahasa pemrograman saja. Ada unsur lain yang memiliki kepentingan sama kuatnya, yaitu pemahaman terhadap keilmuan dari objek yang akan dijadikan aplikasi. Bingungkah?? Nah begini, misal, akan dibuat aplikasi keuangan, maka didalam tim juga melibatkan ahli yang pernah mengerjakan aplikasi keuangan atau sejenisnya. 

Jika tim belum memiliki pengalaman dalam keilmuan tersebut pasti akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempelajarinya terlebih dahulu. Kemungkinan terburuknya adalah produk tersebut tidak bias dimanfaatkan karena tidak tepat guna. Contoh : Ketika ingin mengembangkan aplikasi e-budgeting maka sebisa mungkin mencari tim yang pernah bersentuhan langsung dengan e-budgeting.

Jadi, dengan mengimplementasi aplikasi yang sudah ada, modifikasi secukupnya untuk report yang kita butuhkan, ditambah melibatkan tim yang berpengalaman maka waktu 2 minggu memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk diraih.

Semoga bermanfaat.

Related Post :

E-Planning (SIPD) Memudahkan Kinerja BAPPEDA di Seluruh Indonesia 

Video seputar E – Rencana, Aplikasi Perencanaan Pembangunan BAPPEDA Aceh

Dengan Aplikasi JOGJAPLAN, Bappeda DIY Dapat Merubah dan Memajukan JOGJA Dalam Waktu 9 Tahun